Thu. Mar 28th, 2024

www.brainmysteries.comInilah 9 Artis Indonesia Pernah Main di Film Hollywood. Hollywood bisa dikatakan sebagai tempat semua kalangan film di dunia. Selain kualitasnya yang tidak perlu diragukan lagi, industri film Hollywood pun tak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk produksi setiap filmnya. Inilah sebabnya mengapa tidak mudah bagi artis mana pun untuk berpartisipasi dalam film Hollywood.

Selain kerja keras, seniman mana pun yang ingin membuat terobosan membutuhkan tekad yang kuat. Banyak artis dari seluruh dunia menjadikan Hollywood tempat karier yang ideal bagi mereka. Tak terkecuali artis Indonesia. Banyak dari mereka mencoba memasuki Hollywood.

Namun kita patut berbangga diri, karena ini bukan sekedar mimpi, ada 9 artis Indonesia di film Hollywood. Penasaran siapa? Inilah daftarnya!

  1. Ray Sahetapy

Pada 2016, Ray Sahetapy juga membintangi film Hollywood “Captain America: Civil War”. Rey Sahetapy, meski perannya kecil, berhasil mengharumkan nama Indonesia. Video penampilannya di film juga sempat viral beberapa waktu lalu.

Ferenc Raymond Sahetapy atau Ray Sahetapy (lahir 1 Januari 1957, Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah; umur 64) adalah seorang aktor nasional di Indonesia. Setelah industri film Indonesia mandek, Ray memasuki bidang hiburan pertelevisian dengan bermain sitkom dan sinetron. Selain itu, dia masih di industri teater. Ray adalah salah satu pengurus PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia). Aktris / penyanyi Dewi Yull adalah istri pertamanya. Selain mengikuti berbagai genre film, Ray juga menyebarkan gagasan kebangsaan melalui diskusi dan seminar budaya.

Karir

Sejak kecil pria keturunan Maluku ini sudah mendambakan menjadi aktor. Demi mengejar mimpinya, Ray melanjutkan kuliah di Akademi Seni Jakarta pada 1977, dan bekerja dengan Deddy Mizwar dan Di Same untuk Didik Nini Thowok. Dia lulus pada tahun 1988. Film pertamanya “Magazine Girl” disutradarai oleh Nya’Abbas Akup. Dalam film ini, Ray bertemu dengan istri pertamanya, Dewi Yull. Setelah itu Ray bermain di film Kabut Ungu di Bibir Pantai, Darah dan Mahkota (1983), Sejuta Serat Sutra (1982), Dukun Ilmu Hitam (1981), Secangkir Kopi Pahit, Tirai Kasih, Pelangi di Balik Awan, Kerikil-Kerikil Tajam, Hati Seorang Perawan, Kabut Perkawinan (1984).

Melalui film berjudul “Noesa Penida (1988)” yang disutradarai oleh Galeb Husen dan Asrul Sani (Asrul Sani), Ray berhasil meraih Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 1989. Selain Noesa Penida (Noesa Penida), Ray juga mendapat tujuh nominasi dalam insiden yang sama, yakni lewat film “Ponirah Terpidana (FFI 1984), secangkir kopi pahit (FFI1985), Sharp Pebbles (FFI 1985), Jakarta Opera (FFI 1986), “When Does the Dream End” (FFI 1988) dan “Don’t Tell Anyone” (FFI 1990).

Ketika industri film Indonesia mengalami jeda animasi, hal ini tidak akan membuat Ray menghilang. Dia masih eksis di dunia akting. Lei mendirikan teater di pinggiran kota dan mendirikan komunitas teater di sana. Karena perlunya mengganti nama Republik Indonesia menjadi Republic of Islands, Ray pernah mengesahkan pernyataan tersebut dan menimbulkan keributan.

Pada tengah tahun 2006, Ray kembali aktif di industri film dengan membintangi “Dunia”. Film ini disutradarai oleh Lasja Fauzia dan diikat dengan aktris Ira Wibowo. Bahkan pada konferensi PARFI tahun itu, Ray Sahetapy memilih salah satu pemimpinnya.

Baca Juga: 9 Rumah Artis Indonesia Seharga Miliaran

  1. Christine Hakim 

Aktris senior Christine Hakim juga membintangi film Hollywood “Eat, Pray, Love” pada tahun 2010. Ia berperan sebagai Wayan, yang merupakan teman Elizabeth Gilbert, tokoh utama yang diperankan oleh Julia Roberts.

Herlina Christine Natalia Hakim (lahir 25 Desember 1956 di Kuala Tungkal (Kuala Tungkal) di Jambi; 64 tahun), atau dikenal sebagai Christine Hakim, adalah seorang aktris, produser dan aktivis film Indonesia. Meski lahir di Jambi, orangtuanya adalah campuran orang Minangkabau dan Aceh. Inilah mengapa Christine kecil sering mempertanyakan identitasnya ketika ia lahir di desa laut. Christine besar di Yogyakarta dan bercita-cita menjadi seorang arsitek atau psikolog. Pada tahun 1973, setelah Teguh Karya menemukannya dalam film Cinta Pertama, cita-citanya berubah. Peran ini membuatnya memenangkan Penghargaan Aktris Terbaik Citra dan meyakinkannya Dia melanjutkan karir aktingnya. Sejak itu, ia muncul di banyak film, di antaranya Badai Pasti Berlalu pada 1977 dan Tjoet Nja’Dhien pada 1988. Dia juga memainkan peran kecil dalam film Hollywood 2010 “Eating Love”.

Pada tahun 2018, ia telah memenangkan delapan Piala Citra dan memenangkan Festival Film Indonesia, Penghargaan Aktor Film Indonesia [4] dan penghargaan seumur hidup Festival Film Internasional Cinemanila, dan ditunjuk sebagai Anggota juri festival . Festival Film Cannes 2002

Christine mulai berkembang dalam bisnis pertunjukan pada tahun 1998, sebagai produser film “Daun di Atas Bantal” dan “Pasir Berbisik”, kemudian melebarkan sayap ke bidang produksi dokumenter dan menjadi Aktivis pendidikan dan autisme. Sejak 2008, ia menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk UNESCO, terutama bertanggung jawab untuk masalah pendidikan.

Karir

Awalnya, Christine tidak berniat menjadi aktris. Dia bercita-cita menjadi seorang arsitek atau psikolog. Namun, nasibnya berperan dalam film 1973 Teguh Karya Cinta Pertama. Teguh Karya memberinya peran setelah melihat foto modelnya di majalah. Meski hanya model yang bisa membantu teman-temannya. Khawatir tidak menghormati orang yang “hangat dan ramah”, dia tidak bisa menolak permintaan Tegu Karya. Ia kemudian menjelaskan bahwa Teguh Karya “menggulung perlahan seperti nelayan” dan mempertimbangkan untuk meninggalkan peran tersebut setelah selesai syuting. Karyanya di Cinta Pertama memenangkan Penghargaan Aktris Terbaik Citra, yang membujuknya untuk terus berakting. Teguh Karya kemudian bercerita bahwa dirinya sempat berdebat dengan produser soal pilihan peran Christine.

  1. Cintai Laura

Aktris campuran Indonesia-Jerman Cinta Laura juga muncul di beberapa film Hollywood. Pada tahun 2017 dan 2018, ia sukses membintangi 4 film Hollywood, yaitu “The Ninth Passenger”, “Anti-Terrorist Organization”, “Resident Evil Vendetta”, dan “Gotham City Siren”.

Cinta Laura (lahir 17 Agustus 1993 di Quakenbrück, Jerman, 27 tahun) adalah seorang aktris dan penyanyi muda Indonesia yang saat ini sedang berkarir di dunia internasional. Saat diputar dalam sinetron “Cinderella”, cinta mulai dikenal luas di masyarakat (“Is Love Just a Dream”?)

Pada tahun 2007, Cinta dianugerahi penghargaan SCTV “Aktris Paling Populer”. Setelah sukses meraih penghargaan tersebut, ia pun menjadi pemeran utama sinetron kedua produksi Sinemart dan tayang di RCTI produksi Upine Abu dan Laura. Dalam hal ini Cinta memberikan sesuatu yang baru, yaitu ia merekam lagu berjudul “You Say I” yang menjadi soundtrack sinetron tersebut.

Karir

Cinta memulai debutnya di industri hiburan setelah terpilih untuk 2006 Top Model 2006. Sanjay Maulani, casting director MD Entertainment, menjadi salah satu juri dalam pemilihan tersebut. Ia pun langsung diajak membintangi sinetron. Akhirnya Sinta menerima ajakan tersebut dan menjadi pemeran utama sinetron Cinderella (Is Love Just a Dream?) Produksi MD Entertainment. Dalam empat bulan pertama, selain berlatih akting, Cinta juga mengambil kursus bahasa Indonesia karena kurang mahir berbahasa Indonesia. Setelah sukses membintangi sinetron “Cinderella”, ia memenangkan penghargaan “Aktris Terpopuler” di SCTV Awards 2007, mengalahkan nominasi lain seperti Masanda, Charlene Sankar dan Nya Lama Danny.

  1. Iko Uwais

Sejak 2013, Iko Uwais telah membintangi lima film Hollywood, yaitu “Man of taichi”, “Star Wars: The Force Awakens”, “Beyond Skyline”, “Mile 22” dan “Stubber”. Selain itu, Iko masih akan membintangi film lain berjudul “Snake Eyes” yang rencananya rilis pada 2021.

Karir

Pada tahun 2007, sutradara film Welsh Gareth Evans menemukan bakat Iko untuk orang bodoh, yang membuat film dokumenter tentang Silat di Sekolah Iko Silat. Iko memiliki pesona alam yang sangat besar di depan kamera, mendorong Evans untuk memerankan Evans sebagai protagonis dari film seni bela diri perdananya berjudul “Merantau”. Sesudah meneken kontrak berdurasi lima tahun dengan Gareth Evans serta perusahaan produksinya, Iko berhenti dari pekerjaannya sehari-hari sebagai pengemudi di PT. telekomunikasi.

  1. Yayan Ruhiyan

Yayan Ruhiyan kini juga melebarkan sayapnya ke industri film Hollywood. Karena keterampilan bela diri yang sangat baik, ia telah muncul di beberapa film Hollywood, seperti “Star Wars: The Force Awakens”, “Beyond Skyline”, dan “John Wick: Bab 3-Parabellum”.

Karir

Yayan Ruhian menekuni ilmu bela diri di Sekolah Dasar Pencak Silat (PSTD) di Indonesia sejak ia berusia 13 tahun. Saat ini, Yayan Ruhian adalah pelatih PSTD dan pelatih seni bela diri untuk Pasukan Keamanan Presiden.

Karena kepiawaiannya dalam pencak silat, akhirnya Yayan ikut serta dalam film Merantau dan The Raid, di mana Yayan dan Iko Uwais diikat. Dia bermain lawan dengan Donny Alamsyah

Selanjutnya, Yayan membintangi film ketiganya “Raid 2: Berandal”, memerankan Prakoso, yang juga diikat dengan Iko Uwais. Film Berandal merupakan lanjutan dari film Raid. Menurut gambaran Gareth Evans di film “Assault 2: Bellandall”, aksi di film tersebut lebih kejam.

Baca Juga: 10 Artis Indonesia Ini Menikah di Usia 40 Tahunan

  1. Ario Bayou

Pada 2013, Ario Bayu membintangi film AS-Indonesia berjudul “Java Heat”. Perannya sebagai Hasyim membuat film ini semakin menegangkan.

Ario Bayu (lahir 6 Februari 1985 di Jakarta; umur 36) adalah seorang aktor dan model foto Indonesia. Ario dikenal sebagai model foto di beberapa majalah pria dan memainkan sisi lain dari kepolosan dalam film “Carla”. Ario memainkan peran Google Latitude dewasa dalam film “Laskar Pelangi”. Dalam film produksi Hollywood “Java Heat”, Ario Bayu beradu akting dengan aktor peraih Oscar Mickey Rourke. Pria asal Jawa Tengah ini sudah lama tinggal di Selandia Baru, memulai usahanya sendiri saat pertama kali bertemu dengan Sekar Ayu Asmara, lalu mengajaknya mengikuti film kecil berjudul Belah Jiwa. Pada 2013, ia berperan sebagai Bung Karno dalam film Soekarno: Indonesiar Merdeka! Karya sutradara Hanung Bramantyo.

  1. Attica Hassiholan

Sama seperti Ario Bayu, Atiqah Hasiholan juga berperan dalam film Java Heat. Istri Rio Dewanto berperan sebagai Sultana dalam film ini.

Karir

Atiqah Hasiholan (Atiqah Hasiholan) adalah aktris yang tumbuh di Teater Panggung Merah Teater Pertama. Belajar di Monash University. Atiqah berperan sebagai Jamilah, tokoh utama dalam Jamila dan presiden. Istri bungsu Pak Haji, Ima, tampil dalam film “film Berbagi Suami  yang diperankan oleh El Manik dan membintangi beberapa film TV.

Penampilan pertamanya di layar lebar adalah pada tahun 2006, saat Nia Dinata berperan sebagai Atiqah dalam film “Suami Berbagi”. Sejak debutnya, Atiqah telah menerima banyak tawaran untuk film layar lebar.

Pada tahun 2012, Atiqah Hasiholan berpartisipasi dalam film terbaru Nia Dinata-Arisan! dua puluh tiga]. Dalam film “Arisan”! 2. Atiqah adalah salah satu karakter baru dalam film “Arisan 2”. Karakternya Ara menggambarkan seorang sosialita muda yang sedang naik daun.

Atiqah dua kali masuk nominasi Piala Citra, meraih Penghargaan Aktris Terbaik Festival Film Indonesia 2009 lewat film Ruma Maida, dan Penghargaan Aktris Terbaik Festival Film Indonesia 2011 lewat film “A Lie in the Mirror”. Peran pendukung menghadiahkan.

Pada April 2014, diumumkan bahwa Atiqah akan membintangi film fitur berjudul 3 Nafas Likas yang disutradarai oleh Rako Prijanto dan diproduksi oleh Oreima Pictures. [4]

Dalam film ini, Atiqah akan memerankan tokoh utama Likas yang berasal dari Batak Karo, menjalani kehidupan yang luar biasa dan akhirnya berhasil, karena ketiganya menjanjikan kepada tiga orang terpenting dalam hidupnya.

Awalnya di Likas 3 Nafas, Atiqah akan bersaing dengan Christine Hakim. Namun, posisi Christine Hakim digantikan oleh Tutie Kirana.

Dalam film “3 Nafas Likas” (3 Nafas Likas), Atiqah akan bersaing dengan Vino G. Bastian yang menjadi suaminya Djamin Ginting. Tuti Kirana, Marissa Anita, dan Mario Irwinsyah juga menyempurnakan film tersebut.

  1. Joe Taslin

Joe Taslim mengambil bagian dalam film “Fast and Furious 6” pada tahun 2013 dan memiliki kesempatan pertama untuk tampil di film Hollywood. Dia juga kembali ke film Hollywood lainnya “Star Trek Beyond.”

Rencananya pada tahun 2021 nanti, ia akan berperan sebagai Sub Zero dalam film adaptasi game Mortal Kombat. Selain Hollywood, Joe Taslim juga membintangi film Korea “Swordsman”.

Karir

Taslim sudah mempelajari ilmu bela diri sejak kecil. Ia mahir dalam seni bela diri, judo, taekwondo dan Penka Sirat. Namun, ia lebih memilih judo, dan keputusan ini membuatnya menjadi atlet judo profesional. Beberapa medali emas diraihnya pada kejuaraan nasional, medali emas pada Kejuaraan Judo Asia Tenggara 1999, dan medali perak pada Asian Games Tenggara 2007. Taslim menjabat sebagai Indonesia dari tahun 1997 hingga 2009. Anggota Tim Judo Nasional. , Dia memutuskan untuk pensiun. 

Taslim adalah model dan aktor aktif. Ia telah muncul di berbagai majalah, iklan TV dan banyak film Indonesia. Pada tahun 2008-2009, Joe Taslim berpartisipasi dalam berbagai pemeran dan menjadi aktor di industri film. Hingga tahun 2010, setelah Taslim mengalami serangkaian kesusahan, ia memulai debutnya dalam film “Raid: In” Redemption “, ia memainkan peran tersebut dari sersan pasukan khusus Jaka. Audisi Setelah penggerebekan, Taslim berpartisipasi dalam film horor aksi pertama HBO Asia “Dead Mine”, yang dirilis di berbagai negara Asia pada September 2012 dan Premiere di semua saluran TV HBO Asia.

  1. Cecep Arif Rahman

Cecep Arif Rahman yang juga seorang guru bela diri juga sempat merasakan kejayaan industri film Hollywood. Ia ikut membintangi film “Star Wars: The Force Awakens” bersama dua aktor Indonesia lainnya, Yayan Ruhiyan dan Iko Uwais.

Karir

Cecep Arif Rahman (Cecep Arif Rahman) besar di daerah di kaki gunung Galunggung di Garut. Kakeknya adalah seorang tokoh seni bela diri, dan sejarahnya mendorongnya untuk belajar Silat setelah lulus SMA. [Belajar pencaksilat di Perguruan Tinggi Panglipur Galih Garut sejak 1986. Cecep mengajar Silat setelah lulus dari Sekolah Pendidikan Guru pada tahun 1991. Saya pergi ke Bandung untuk belajar Silzi dari Eni Rukmini Sekar Ningrat, dia dikenalkan dengan guru Silzi lainnya selama tinggal di Bandung.

Cecep memenangkan hadiah pertama di Kejuaraan Pencak Silat Internasional di Thailand pada pertengahan 1990-an. Ia juga rutin mengikuti Bercy Martial Arts Festival di Paris, dan sering diundang untuk mengikuti seminar pencak silat di Prancis, Italia, Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat.

Pada tahun 2003, Cecep menjadi guru pendamping di SD Tegalpanjang 3 (SD Tegalpanjang 3 di Tegalpanjang, Sucinaraja dan Garut), dan diangkat sebagai PNS pada tahun 2008 hingga menjadi guru bahasa Inggris, manajemen administrasi dan guru pencak silat pada tahun 2013.

Inilah 9 artis Indonesia yang pernah tampil di film Hollywood. Mereka membuktikan bahwa kerja keras dan kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil. Jadi, apakah Anda siap untuk mewujudkan impian terbesar Anda? Yang terpenting adalah bersemangat dan bekerja keras, ya!

By rainmys